Kamis 29/05/2025

DPRD-Pemkab Agam sahkan empat Perda pembentukan 13 nagari   Ustaz Abdul Somad, Inyiak Canduang, dan Gelar Pahlawan   Mengenal Orang Canduang   Darah Minang (DARAM) Vasco, Umaru Takaeda & Derry Sulaiman   7 Langik - Dayu Koto feat Vasco Rusemy   Wisata dan Kuliner Populer yang ada di Kota Bukittinggi   Masakan Kampung Dangau Pasawangan Candung Koto Laweh   10 Kuliner Paling Enak di Kota Bukittinggi   Tradisi Keluarga H.Abdul Azis di Hari Lebaran 2019   BUKA PUASA BERSAMA KELUARGA BESAR NENEK UMI   Saling Memaafkan di Hari Fitri 1 Syawal 1439 Hijriyah    Inmemorium Prof.Miriam Budiardjo   PUTRA MINANG YANG CIPTAKAN MOBIL LISTRIK TAPI DIABAIKAN DI INDONESIA. SEKARANG JADI ORANG PENTING DI JEPANG...   Mari Berkunjung ke Masjid Bingkudu Ampek Angkek Canduang, Mesjid Tua Bisa Membuat Hati Tenang   Mengenal Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi   Generasi ke 3 dan 4 berhari Lebaran 2017 di Bekasi   Kumpul Keluarga Besar H. Abdul Azis Husin   Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, Ulama Karismatik dari Canduang   Inyiak Canduang, Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Kultural   Muhammadiyah Dukung Irman Nyapres  
Senin, 28 Januari 2013, Senin, Januari 28, 2013 WIB
Last Updated 2022-05-11T04:11:24Z
NewsWisata Budaya

Ngarai Sianok

Advertisement
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi salah satu objek wisata andalan provinsi. Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini. Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yang disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari nagari Lambah sampai jorong Sitingkai nagari Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, dan juga tapir.