Advertisement
SBY: Luar Biasa, seperti di Jepang
Limapuluh Kota, Padek—Satu lagi mahakarya anak bangsa siap beroperasi. Genap sepuluh tahun, pengerjaan Jalan Layang (Fly Over) Kelok Sembilan dirampungkan. Megaproyek yang awal pengerjaannya diluncurkan Presiden Megawati pada 2003 lalu, hari ini (31/10) diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Terhitung hari ini, Jembatan Layang Kelok Sembilan resmi beroperasi setelah dilakukan uji coba penggunaannya selama mudik Lebaran 2012 dan 2013. Peresmian fly over di perbatasan Sumbar-Riau itu, melengkapi koleksi karya anak bangsa dalam pembangunan infrastruktur berteknologi tinggi setelah jalan tol Bali Mandara dan Jembatan Suramadu di Jawa Timur.
Saat meninjau Fly Over Kelok 9, kemarin, Presiden SBY mengagumi keindahan arsitektur dan lanskap jembatan yang berada di Sarilamak, Kabupaten Limapuluh Kota itu. “Luar biasa sekali pemandangannya. Ini tidak kalah dengan pemandangan di Jepang. Jembatan ini juga mahakarya anak bangsa,” kata Presiden SBY didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri.
Presiden akan meresmikan jembatan ini bersamaan dengan puncak peringatan ke-33 Hari Pangan Sedunia di Padang, hari ini (31/10).
Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menyampaikan, jembatan sepanjang 943 meter dan jalan penghubung sepanjang 2.089 meter ini telah lolos uji kelayakan. Jembatan Kelok 9 dilengkapi rambu-rambu dan penambahan pengaman jalan (road safety) dengan penghijauan di tebing-tebing sekitarnya.
”Jembatan Kelok 9 merupakan jembatan penghubung antara Payakumbuh, Sumatera Barat, dan Pekanbaru, tepatnya di Km 143 hingga Km 148 dari Padang.
Rata-rata, sejumlah 7.900 kendaraan setiap harinya melintasi jalur ini,” kata Djoko.
Kelok 9 merupakan jalan lintas tengah Sumatera, menghubungkan Provinsi Riau dan Sumbar.
Dinamakan Kelok 9 karena memiliki 9 kelokan. Kelok 9 juga salah satu tempat peristirahatan favorit bagi para pengendara dari Riau menuju Sumbar karena pemandangannya nan indah. Pengendara dimanjakan dengan pemandangan alam dari hutan lindung dan konservasi.
Jika Jawa Timur punya Jembatan Suramadu dan Bali memiliki jalan tol di atas laut, Sumbar kini boleh bangga punya Jembatan Kelok 9 ini. Panjang jembatan sekitar 943 meter dengan jalan penghubung sejauh 2.089 meter.
Djoko Kirmanto memprediksi bangunan Fly Over Kelok 9 bisa bertahan hingga 100 tahun. Kendati demikian, perawatan dan tingginya dinding tebing yang curam perlu dibenahi untuk mengantisipasi risiko longsor.
Dia mengatakan, proyek Jalan Layang Kelok Sembilan ini bukan saja besar untuk ukuran Sumatera Barat, namun juga skala nasional.
Topang Ekonomi Sumbagteng
Jembatan Kelok 9 merupakan satu dari empat jembatan paling strategis pada jalur transportasi Padang–Pekanbaru–Dumai sepanjang 510 km, dengan akses utama lintas barat Sumatera di Provinsi Sumatera Barat dan lintas timur Sumatera di Provinsi Riau.
Menurut Kepala Balai Besar Jalan Nasional Maruasas Panjaitan, Jembatan Kelok 9 di Sarilamak, Kabupaten Limapuluh Kota, penopang urat nadi perekonomian di Sumatera bagian tengah (Sumbagteng): Sumbar dan Riau.
“Infrastruktur ini penyangga utama interkoneksi koridor Sumatera dalam aplikasi program Masterplan Pelaksanaan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia,” kata Maruasas Panjaitan kepada Padang Ekspres kemarin.
Jembatan Kelok Sembilan sepanjang 964 meter ini, berada pada jalur utama Sumbar-Riau di Sarilamak. Buah karya anak bangsa ini begitu indah dan fenomenal, karena lahir dari perencanaan, pendanaan dan kekaryaan bangsa sendiri, dengan fokus “hemat biaya”. Untuk menyelesaikan bangunan raksasa sepanjang hampir 1 km (berikut 2.500 meter jalan akses) di lokasi terpencil Lembah Harau tersebut, hanya menelan biaya Rp 0,6 triliun.
Jumlah tersebut relatif rendah jika dibandingkan biaya pembangunan Jembatan Holtekamp di Kota Jayapura dengan estimasi biaya Rp 821 miliar untuk 743,2 meter bangunan jembatan berikut 1.322 meter jalan akses. “Langkah “hemat biaya” ini juga tercermin dari penolakan DPU/Bina Marga Sumatera Barat tahun 2003 atas tawaran bantuan Jepang yang menyodorkan desain dengan dominasi komponen serba baja, hingga berbiaya tinggi, yakni lebih dua kali lipat dari yang sekarang,” kata mantan Kepala Balai Besar Jalan Nasional Papua tersebut.
Sukses ini buah jerih payah dan kerja sama yang baik kontraktor Waskita Karya (Persero) Tbk yang berpengalaman dalam melaksanakan infrastruktur jembatan, konsultan (PT Virama Karya), serta jajaran Kementerian PU dan dukungan pemda dan rakyat Sumbar.
Kepala Satker PJN 1-Sumbar dari Bina Marga, Dahler dan PPK Rina Komala Sari mengatakan, Jalan Layang Kelok 9 untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas pada jalur utama Sumbar-Riau, akibat buruknya alinyemen jalan perbukitan Kelok-9, yang berdampak akutnya bottlenecking.
Jalur ini juga menarik dikembangkan menjadi objek pariwisata, karena cantiknya lanskap panaroma Bukit Barisan.
Wamen Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengatakan, Sumbar merupakan hinterland utama bagi koridor Sumatera. Jalan Layang Kelok 9 diaplikasi dalam bentuk Green Construction melalui partisipasi BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Sumatera Barat, pada lahan sekitar 7 ha dari 12 ha yang diperuntukkan. Sedang bangunannya bernilai Rp 586.000.000.000 dengan kapasitas 14.000 kendaraan berat sehari. Bangunan atasnya ditopang 30 pilar berketinggian 10-60 meter.
Jalur lama yang terjal dan bertikungan tajam, itu menyimpan romantika yang digambarkan dalam dua lagu Minang berjudul Sinar Riau dan Kelok Sembilan. Lagu ini melantunkan kulindan (balada) pedagang hortikultura antarprovinsi yang terinspirasi gemulainya alunan musik klakson Bus Sinar Riau yang sering ditumpangi. Dendangan lagu itu sekaligus peredam stres para musafir yang melintasi Kelok 9, karena lambannya laju kendaraan dan ancaman longsor. (ayu/rdo/adi/fdl/ztl)
sumber : http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=48174
Limapuluh Kota, Padek—Satu lagi mahakarya anak bangsa siap beroperasi. Genap sepuluh tahun, pengerjaan Jalan Layang (Fly Over) Kelok Sembilan dirampungkan. Megaproyek yang awal pengerjaannya diluncurkan Presiden Megawati pada 2003 lalu, hari ini (31/10) diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Terhitung hari ini, Jembatan Layang Kelok Sembilan resmi beroperasi setelah dilakukan uji coba penggunaannya selama mudik Lebaran 2012 dan 2013. Peresmian fly over di perbatasan Sumbar-Riau itu, melengkapi koleksi karya anak bangsa dalam pembangunan infrastruktur berteknologi tinggi setelah jalan tol Bali Mandara dan Jembatan Suramadu di Jawa Timur.
Saat meninjau Fly Over Kelok 9, kemarin, Presiden SBY mengagumi keindahan arsitektur dan lanskap jembatan yang berada di Sarilamak, Kabupaten Limapuluh Kota itu. “Luar biasa sekali pemandangannya. Ini tidak kalah dengan pemandangan di Jepang. Jembatan ini juga mahakarya anak bangsa,” kata Presiden SBY didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri.
Presiden akan meresmikan jembatan ini bersamaan dengan puncak peringatan ke-33 Hari Pangan Sedunia di Padang, hari ini (31/10).
Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menyampaikan, jembatan sepanjang 943 meter dan jalan penghubung sepanjang 2.089 meter ini telah lolos uji kelayakan. Jembatan Kelok 9 dilengkapi rambu-rambu dan penambahan pengaman jalan (road safety) dengan penghijauan di tebing-tebing sekitarnya.
”Jembatan Kelok 9 merupakan jembatan penghubung antara Payakumbuh, Sumatera Barat, dan Pekanbaru, tepatnya di Km 143 hingga Km 148 dari Padang.
Rata-rata, sejumlah 7.900 kendaraan setiap harinya melintasi jalur ini,” kata Djoko.
Kelok 9 merupakan jalan lintas tengah Sumatera, menghubungkan Provinsi Riau dan Sumbar.
Dinamakan Kelok 9 karena memiliki 9 kelokan. Kelok 9 juga salah satu tempat peristirahatan favorit bagi para pengendara dari Riau menuju Sumbar karena pemandangannya nan indah. Pengendara dimanjakan dengan pemandangan alam dari hutan lindung dan konservasi.
Jika Jawa Timur punya Jembatan Suramadu dan Bali memiliki jalan tol di atas laut, Sumbar kini boleh bangga punya Jembatan Kelok 9 ini. Panjang jembatan sekitar 943 meter dengan jalan penghubung sejauh 2.089 meter.
Djoko Kirmanto memprediksi bangunan Fly Over Kelok 9 bisa bertahan hingga 100 tahun. Kendati demikian, perawatan dan tingginya dinding tebing yang curam perlu dibenahi untuk mengantisipasi risiko longsor.
Dia mengatakan, proyek Jalan Layang Kelok Sembilan ini bukan saja besar untuk ukuran Sumatera Barat, namun juga skala nasional.
Topang Ekonomi Sumbagteng
Jembatan Kelok 9 merupakan satu dari empat jembatan paling strategis pada jalur transportasi Padang–Pekanbaru–Dumai sepanjang 510 km, dengan akses utama lintas barat Sumatera di Provinsi Sumatera Barat dan lintas timur Sumatera di Provinsi Riau.
Menurut Kepala Balai Besar Jalan Nasional Maruasas Panjaitan, Jembatan Kelok 9 di Sarilamak, Kabupaten Limapuluh Kota, penopang urat nadi perekonomian di Sumatera bagian tengah (Sumbagteng): Sumbar dan Riau.
“Infrastruktur ini penyangga utama interkoneksi koridor Sumatera dalam aplikasi program Masterplan Pelaksanaan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia,” kata Maruasas Panjaitan kepada Padang Ekspres kemarin.
Jembatan Kelok Sembilan sepanjang 964 meter ini, berada pada jalur utama Sumbar-Riau di Sarilamak. Buah karya anak bangsa ini begitu indah dan fenomenal, karena lahir dari perencanaan, pendanaan dan kekaryaan bangsa sendiri, dengan fokus “hemat biaya”. Untuk menyelesaikan bangunan raksasa sepanjang hampir 1 km (berikut 2.500 meter jalan akses) di lokasi terpencil Lembah Harau tersebut, hanya menelan biaya Rp 0,6 triliun.
Jumlah tersebut relatif rendah jika dibandingkan biaya pembangunan Jembatan Holtekamp di Kota Jayapura dengan estimasi biaya Rp 821 miliar untuk 743,2 meter bangunan jembatan berikut 1.322 meter jalan akses. “Langkah “hemat biaya” ini juga tercermin dari penolakan DPU/Bina Marga Sumatera Barat tahun 2003 atas tawaran bantuan Jepang yang menyodorkan desain dengan dominasi komponen serba baja, hingga berbiaya tinggi, yakni lebih dua kali lipat dari yang sekarang,” kata mantan Kepala Balai Besar Jalan Nasional Papua tersebut.
Sukses ini buah jerih payah dan kerja sama yang baik kontraktor Waskita Karya (Persero) Tbk yang berpengalaman dalam melaksanakan infrastruktur jembatan, konsultan (PT Virama Karya), serta jajaran Kementerian PU dan dukungan pemda dan rakyat Sumbar.
Kepala Satker PJN 1-Sumbar dari Bina Marga, Dahler dan PPK Rina Komala Sari mengatakan, Jalan Layang Kelok 9 untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas pada jalur utama Sumbar-Riau, akibat buruknya alinyemen jalan perbukitan Kelok-9, yang berdampak akutnya bottlenecking.
Jalur ini juga menarik dikembangkan menjadi objek pariwisata, karena cantiknya lanskap panaroma Bukit Barisan.
Wamen Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengatakan, Sumbar merupakan hinterland utama bagi koridor Sumatera. Jalan Layang Kelok 9 diaplikasi dalam bentuk Green Construction melalui partisipasi BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Sumatera Barat, pada lahan sekitar 7 ha dari 12 ha yang diperuntukkan. Sedang bangunannya bernilai Rp 586.000.000.000 dengan kapasitas 14.000 kendaraan berat sehari. Bangunan atasnya ditopang 30 pilar berketinggian 10-60 meter.
Jalur lama yang terjal dan bertikungan tajam, itu menyimpan romantika yang digambarkan dalam dua lagu Minang berjudul Sinar Riau dan Kelok Sembilan. Lagu ini melantunkan kulindan (balada) pedagang hortikultura antarprovinsi yang terinspirasi gemulainya alunan musik klakson Bus Sinar Riau yang sering ditumpangi. Dendangan lagu itu sekaligus peredam stres para musafir yang melintasi Kelok 9, karena lambannya laju kendaraan dan ancaman longsor. (ayu/rdo/adi/fdl/ztl)
sumber : http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=48174